Anas bin Nadhar adalah saudara kandung Malik bin Nadhar,
ayah dari Anas bin Malik, sahabat Nabi SAW yang banyak meriwayatkan hadits.
Hanya saja tidak sepertinya kebanyakan orang Madinah, saudaranya itu memilih
untuk tetap dalam agama jahiliahnya. Ia akhirnya tewas dalam kekafiran, walau
tidak dalam permusuhan dengan Nabi SAW dan Islam.
Perang Badar bisa dikatakan terjadi
tanpa sengaja, karena pada awalnya pasukan berkekuatan 313 orang sahabat itu dimaksudkan
untuk mencegat kafilah dagang Quraisy yang pulang dari Syam. Nabi SAW tidak
mewajibkan atau menyeru jihad, karena itu beberapa sahabat tidak mengikutinya,
termasuk Anas bin Nadhar. Tetapi begitu mereka mengetahui terjadi pertempuran
seru dengan pasukan Quraisy lainnya di Badr, mereka yang tertinggal itu merasa
menyesal, termasuk Anas bin Nadhar.
Ketika pasukan Muslim kembali dari
Badr dengan kemenangan, Anas menyongsong Nabi SAW dan berkata, "Wahai
Rasullullah, saya tidak ikut dalam permulaan perang melawan orang-orang musyrik.
Sungguh, kalau (kehendak) Allah mengikutkan saya memerangi orang-orang musyrik,
niscaya Allah mengetahui apa yang aku perbuat."
Dalam Perang Uhud, kelompok yang
tertinggal dalam Perang Badr itulah yang mengusulkan agar menghadapi pasukan
kafir Quraisy di luar Madinah, meskipun Nabi SAW menginginkan bertahan di dalam
Kota Madinah. Tetapi mereka memang menunjukkan semangatnya yang membara untuk
membela dan menegakkan panji ‘Laa ilaaha illallaah”. Ketika kaum muslimin
berbalik mengalami kekalahan, Anas bin Nadhar melewati beberapa orang yang
kehilangan semangat karena mendengar kabar Rasullullah SAW telah wafat terbunuh,
mereka meletakkan senjatanya di tanah. Melihat hal itu, Anas berkata, "Wahai
kalian ini, jika Nabi SAW telah wafat terbunuh, maka Allah Tuhannya Muhammad
tidak akan pernah mati, lalu apa yang bisa kalian kerjakan dalam hidup ini jika
beliau telah wafat? Berperanglah kalian demi sesuatu yang Nabi berperang
untuknya, dan matilah kalian demi sesuatu yang beliau wafat karenanya…!!"
Sesaat kemudian ia berdoa, "Ya
Allah, aku memohonkan ampun kepada-Mu atas apa yang mereka katakan, dan aku berlepas diri dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang musyrik itu!"
Setelah itu ia meloncat untuk meneruskan jihadnya. Ia sempat
bertemu Sa'd bin Mu'adz dan berkata, "Wahai Sa'd, sungguh aku mencium bau
surga di balik Bukit Uhud ini."
Anas bertempur dengan perkasa menerjang barisan musuh
hingga menemui syahidnya. Setelah pertempuran selesai, tidak ada yang bisa
mengenali jasad Anas, sampai akhirnya saudara perempuannya, Bisyamah yang tahu
ciri-ciri khusus Anas yang bisa mengenalinya. Tak kurang dari delapan puluh
tusukan tombak dan luka sayatan pedang yang ada di wajah dan tubuhnya, sehingga
ia tidak mudah dikenali siapa dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar